2009年8月23日星期日

BUAH KEJUJURAN

Buah Kejujuran


Pada suatu hari, Kaisar Alexander berjalan santai di taman. Di paviliun istirahat di pinggir air, ia melihat seorang pelayan muda yang kelelahan bersandar di atas pilar batu dan tertidur lelap, bahkan pipinya masih berkilau tetesan air mata.

Kaisar Alexander merasa agak aneh, semula bermaksud menghardik membangunkan pelayan yang bermalas-malasan itu, namun sekilas berpikir kembali, lalu berhenti. Karena ia melihat selembar surat yang telah dibuka terjatuh dari saku pakaian si pelayan.

Di bawah dorongan rasa penasaran, Kaisar Alexander mengambil surat itu. Ternyata surat itu berasal dari ibu si pelayan, dalam surat mengatakan, bahwa uang yang dikirim si pelayan melalui titipan tempo hari telah dibelikan obat, cukup untuk makan beberapa hari, dan menasihati sang anak untuk tidak mencemaskan penyakit sang ibu.

Setelah membaca surat tersebut, Kaisar Alexander sangat terkesan dengan keagungan cinta kasih ibu, bagaikan tetesan air mata yang jernih bening, meresap ke dalam hati. Lalu, ia mengeluarkan sekantung uang emas dari sakunya, memasukkan kantung emas beserta suratnya ke dalam saku baju si pelayan, kemudian membalikkan badan kembali ke istana.

Tidak lama kemudian, si pelayan bangun dari tidur lelapnya, dan menjamah-jamah surat keluarga yang berada di dalam saku pakaiannya, di luar dugaan di dalam sakunya didapati sekantung uang emas. Di atas kantung berbenang emas yang berisi uang emas tersulam nama Kaisar Alexander. Si pelayan ketika itu terkejut bukan main dan sekujur tubuhnya mengeluarkan keringat dingin, sangat takut, ia berpikir pasti ada orang yang ingin mencelakainya. Demi untuk membersihkan diri, si pelayan segera pergi ke istana dan minta bertemu dengan Kaisar Alexander.

Setelah Kaisar Alexander mendapat laporan, segera menerima si pelayan itu, dan bertanya: “Pelayan, ada urusan apa kau ingin menemuiku?”

“Yang mulia yang terhormat, hamba tadi tidak menjalankan tugas dengan baik, bermalas-malas tertidur sejenak, ketika bangun mendapati ada sekantung uang emas dalam saku pakaian. Ini pasti ada orang yang ingin mencelakai saya dengan menuduh telah mencuri uang emas yang mulia. Mohon yang mulia menyelidiki secara bijak, untuk menjernihkannya.” Selesai berkata, si pelayan mengeluarkan uang emas itu dan menyerahkan kepada Kaisar Alexander.

Setelah Kaisar mendengarnya, dengan ramah tersenyum: “Tampaknya, kau sangat jujur, maka kantung uang emas ini adalah buah dari kejujuranmu. Sekarang, kau boleh membawa pulang uang ini ke rumah, berikan pada ibumu untuk membeli obat agar penyakitnya sembuh, dan sampaikan salam saya padanya.”

Kejujuran adalah pantulan cahaya dari kemurnian sanubari manusia, tidak saja dapat menyinari diri sendiri, namun juga dapat menghangatkan orang lain. Seseorang, jika dalam hati telah mengantungi kejujuran, berarti telah mengantungi emas kehidupan.

(Sumber: Dajiyuan)

網誌封存