2009年8月23日星期日

APA JADINYA DUNIA BILA TAK ADA LAKI-LAKI


DUNIA TANPA PRIA


Pernahkah anda bayangkan bila di dunia ini tidak ada lak-laki? apa jadinya? pastinya tidak akan terjadi penambahan pertumbuhandi muka bumi ini. tidak ada canda tawa antara pria dan wanita. tidak akan ada yang namanya emansipasi wanita karena kekuasan sepenuhny acuma wanita. dan yang pasti adalah akan terjadi ketidakseimbangan dalam kehidupan ini.

salah satu penemuan yang berhasil dilakukan oleh tim peneliti New Castle England melaporkan bahwa mereka berhasil menghasilkan air mani manusia dari hasil campuran antara bahan kimia dan vitamin. hal ini cukup mengejutkan dunia.

Hal ini secara tidak langsung akan menjadikan jurang pemisah antara pria dan wanita dimana dikatakan bahwa popuasi wanita lebih banyak dibanding pria di dunia ini. dengan kata lain, bahwa dengan hasil penemuan ini maka ada kemungkinan manusia dapat menciptakan atau menghasilkan keturunan pria sesuai keinginannya sehingga mampu mengimbangi kelebihan populasi wanita.

Menurut Para peneliti tersebut, ini merupakan penemuan penting di jagat raya ini sehingga di butuhkan lebih banyak penelitian lagi untuk lebih menyempurnakan hasil penelitian tersebut.

dari penelitian ini, timbul berbagai pro dan kontra terkait hasil penelitian yang berhasil dilakukan. Namun, penelitian ini di satu pihak, telah cukup membanggakan.

beberapa permasalahan yang timbul biladunia tidak lagi memiliki laki-laki :

  1. wanita membentuk koloni sendiri
  2. terjadi perkawinan homogen (Pria dan pria, serta wanita dan wanita)
  3. Pria berusaha memiliki payudara dan Rahim seperti layaknya wanita
  4. Terjadi klonong secara massal.
  5. Di bangku sekolah lebih banyak murid WANITA rajin dan pintar dibandingkan murid pria
    yang lebih suka berantem.
  6. serta hal aneh lainnya yang tidak pernah terjadi sebelumnya...

ini adalah joke terkait postingan diatas

darimana asal kolor?
kolor ditemukan oleh Adam ketika diusir dari sorga....
pada awalnya hanya sebuah daun....

apa jadinya dunia tanpa kolor?
ini adalah sebuah gaya hidup....
dunia tanpa kolor adalah tren masa kini...
tanpa kolor kita akan menjadi lebih jujur


terkait isu diatas, dapat kita lihat beberapa kejadian atau contohnya seperti dibawah ini :

Wanita Kenya Bentuk Perkampungan "Persetan Dengan Pria"

Ini merupakan satu contoh penentangan kodrat oleh para wanita. Sejatinya Allah menciptakan manusia berpasangan, dan sudah sunnatullah wanita membutuhkan pria begitu juga sebaliknya. Apa jadinya kalau para wanita tidak membutuhkan pria atau sebaliknya pria tidak membutuhkan wanita. Tentu keseimbangan alam akan menjadi rusak. Namun hal ini sepertinya di nafi kan oleh sebagian kaum perempuan di Kenya.

Lelah dari penindasan dan pelecehan - sekelompok wanita di Kenya bergabung membentuk sebuah kekuatan dan membuat perkampungan khusus wanita di Kenya, dengan motto yang terlihat seperti mengatakan "Persetan dengan Pria".

Perkampungan tersebut berjarak 350 km sebelah barat dari pusat kota Nairobi, para wanitanya yang beranggotakan 14 orang memutuskan untuk melepaskan diri dari dominasi pria dan hidup sesuai dengan aturan mereka sendiri, seperti dilaporkan media Jerman Deutsche Presse Agentur (DPA) pada hari rabu kemarin.

Dinamakan Umoja atau persatuan dalam Swahili, perkampungan tersebut telah menjadi tempat yang aman bagi para wanita yang ingin melepaskan diri dari aturan perkawinan, perkosaan atau penindasan.

Melintasi padang pasir

Nagusi Lokimo telah melintasi gurun selama 90 hari tanpa makanan dan minuman setelah dia melarikan diri dari desanya pada awal 1990-an.

"Saya telah diperkosa oleh tiga tentara Inggris dari PBB," katanya."Saya ingin membuang trauma dan rasa takut saya."

Lokimo mengatakan kepada suaminya atas perkosaan yang ia alami, namun suaminya sedikitpun tidak menunjukkan rasa kasihan padanya dan malah memukulnya.

"Saya pikir dia akan mengerti, namun ia malah meneriaki saya dan mengatakan saya pelacur dan saya memalukan keluarganya."

Setelah dia melarikan diri dari desanya, Lokimo bertemu dengan beberapa wanita yang mengalami nasib yang sama seperti yang ia alami. Mereka kemudian mencoba menjual sayur mayur namun tidak seorangpun yang mau membeli dan memandang mereka sebagai wanita yang tidak baik.

Para wanita tersebut kemudian mencoba dengan gigih untuk berbicara kepada otoritas Kenya supaya mengijinkan mereka untuk membuat desa khusus wanita. Setelah negoisasi yang alot, akhirnya mereka berhasil mendapatkan ijin.

Berjuang untuk hak wanita

Rebecca Lolosoli adalah satu-satunya wanita di desa tersebut yang fasih berbahasa Inggris. Dia selalu menerima pengunjung dan mengorganisir serta mempublikasikan kampanye untuk mempromosikan desa mereka di luar negeri.

Usaha Lolosoli tidak terbuang sia-sia sewaktu pemerintah Kenya telah mulai mengeluarkan peraturan UU kekerasan terhadap perempuan.

"Kami harus berjuang untuk hak kami," katanya."Jika tidak dilakukan, hal ini tidak akan berubah."

Walaupun para wanita itu tinggal di perkampungan mereka sendiri, para pria dari desa tetangga terus mengusik mereka dan melemparkan baru kearah mereka.

"Keluar dari sini. Kalian terkutuk!" teriakan para pria itu kepada mereka, dari balik pagar kawat berduri yang menutup dan melindungi perkampungan mereka.

Persetan dengan pria

Para wanita di perkampungan khusus perempuan itu untuk bertahan hidup mereka membuat perhiasan dan menjualnya kepada turis yang datang.

Netikon Leojuba adalah wanita terakhir yang bergabung di perkampungan tanpa pria tersebut.

Dia melarikan diri dari desanya dan menjadi warga Umoja karena ia merasa tersiksa setelah ayahnya memaksa dirinya untuk menikahi seorang pria tua.

"Wanita di perkampungan ini memberi saya perlindungan. Untuk pertama kali dalam hidup saya saya tidak malu menjadi seorang perempuan." katanya.

Ketika ditanya apakah ia merindukan laki-laki, Leojuba menjawab "Biarkan semua laki-laki ke neraka!."(fq/aby)



Sumber : http://koleksicinta.blogspot.com/2009/08/dunia-tanpa-lelaki.html

ini salah satu contoh bila dunia tidak memiliki pria

Sumber : http://www.nupakistan.or.id/index.php?option=com_content&task=view&id=181&Itemid=1

WANITA DALAM SEGALA PERAN

Oleh: Dwi Sulastya Wati, Msc

Penulis adalah alumni s2 pada Fak Ekonomi, IIU Ilslamabad

Apa jadinya dunia tanpa wanita? Tentu saja dunia tidak lengkap tanpa wanita karena pria dan wanita diciptakan untuk saling melengkapi. Pria dan wanita sama-sama memiliki pengaruh yang besar dalam setiap peran dan kebijakan. Jika para wanita termarjinalkan hak-hak mereka dalam dimensi ilmu dan pendidikan pastinya hal tersebut akan menimbulkan cacat yang berdampak pada situasi sosial, politik, ekonomi, dalam lingkup, keluarga, masyarakat dan Negara.

Ilmu dan pendidikan

Ilmu dan pendidilan merupakan modal mutlak yang harus dimiliki manusia tanpa memandang status gender. Ilmu dalam dimensi yang luas dan pendidikan dalam perspektif keilmuan, akidah, etika dan akhlak. Islam agama yang memuliakan pemeluknya yang gemar menuntut ilmu dan mengamalkannya. Karena dengan ilmu dan pendidikan setiap orang cenderung menjaga pikiran mereka untuk hal-hal yang positif dan inovatif.

Tidak ada diskriminasi antara cabang-cabang ilmu, ilmu agama atau ilmu umum. Ilmu agama adalah penuntun hidup manusia, sumber ketenangan jiwa, ilmu dimana manusia mengenal tuhannya. Tanpa penuntun hidup manusia bagaikan tanpa arah hanya melewati hari demi hari tanpa visi dan tujuan.

Begitupun ilmu umum, semakin dalam keilmuan seseorang akan membuatnya semakin sadar bahwa ilmu yang dimilikinya sangatlah kecil. Hal tersebut juga akan membawa individu menyadari kebesaran Tuhannya. Ilmu pengetahuan alam raya yang sangat mengagumkan, akan menyadarkan manusia bahwa sesungguhnya kemahakuasaan tuhan sungguh tidak terbatas.

Pendidikan akhlak, toleransi dan solideritas juga merupakan modal penting bagi setiap individu. Berlaku sopan dan menghormati sesama, Bersikap peduli den tidak acuh kepada kepentingan orang lain. Hal ini dibebankan kepada semua individu lelaki atau perempuan, tanpa diskriminasi dan perbedaan. Dalam dimensi keluarga biasanya peran seorang ibu dalam pendidikan anak-anaknya lebih dominan.

Wanita dan pendidikan

Realita yang ada adalah masih minimnya tokoh-tokoh dan ilmuwan-ilmuwan wanita jika diprosentasekan dengan pria. Dokter-dokter ahli wanita masih sangat minim, di Indonesia misalnya dokter ahli kandungan masih didominasi dokter pria, Pengamat, peneliti dan ahli di bidang ekonomi dan sosial politik juga kurang muncul dari pihak wanita.

Dalam hal ilmu keagamaan seperti Fiqih dan Tafsir, tercatat hampir tak ada satupun penafsir yang muncul dari kalangan perempuan selama 14 abad pasca-kenabian. Ahli-ahli fiqih dari kalangan perempuan juga dirasa kurang.

Fakta di atas secara explisit menjelaskan kurangnya kemauan dari kalangan wanita untuk menekuni dan menjadi ahli di bidangnya masing-masing. Faktor lain yaitu kurangnya kesempatan, dukungan, dan minat. Menjadikan keluarga sebagai prioritas adalah pilihan bijak, tetapi alangkah baiknya meskipun telah menjadi ibu rumah tangga seorang wanita tidak mematikan potensi dirinya.

Peran wanita sebagai ibu atau istri tak ayal lagi berperan sentral dalam keberhasilan sang suami atau anak. Sang suami bisa menjadi seorang tokoh yang besar karena kegigihannya sang istri mendampingi dan mendukung sang suami. Sang anak bisa menjadi ilmuan besar dengan kesabaran sang ibu untuk mendidik anaknya.

Paradigma yang masih berkembang luas adalah pendidikan untuk wanita tidaklah begitu penting dibandingkan pria. Alasan-alasan budaya di daerah tertentu masih mengakar kuat kalau wanita cukup berdiam di rumah saja. Pendidikan sebagai sarana mencari penghidupan yang layak juga menjadi alasan kalau pendidikan bagi pria lebih diperlukan. Karena tanggung jawab menafkahi keluarga memang dibebankan kepada lelaki, tetapi bukan berarti hal tersebut menjadikan pendidikan tidak penting bagi wanita. Karena fakta yang ada menunjukkan bahwa wanita masih termarjinalkan hak-hak mereka dalam pendidikan, hak sosial, ekonomi dan politik menjadikan kajia-kajian mengenai, "persamaan gender, feminisme, dan diskriminasi atas wanita" masih nyaring terdengar.

Kesiapan seorang wanita dalam pendidikan agama, etika, bermasyarakat dan sains menjadi sangat penting apalagi jika ia berperan sebagai ibu yang menjadi sumber pertama bagi pendidikan anak-anaknya. "Longlife education" menjadi suatu wacana yang penting untuk dipahamkan. Pendidikan didapat bukan hanya dari bangku sekolah dan kuliah. Sebenarnya kesempatan kerja dan proses bermasyarakat juga merupakan sarana dan proses pendidikan. Seorang alumni pesantren misalnya hendaknya jangan merasa cukup dengan pengajaran yang ia dapat dari sekolahnya dahulu, sebaiknya ia tetap mencoba mengkaji dan mengulang ilmu-ilmu keagamaan yang dibutuhkan keluarga dan masyarakaat. Begitupun ilmu pengetahuan umum dan sains hendaknya dikembangkan untuk mengembangkan wawasan dan pola pikir yang mengarah pada keluasan berpikir, kritis, solider, dan dapat menerima perbedaan.

Sejatinya pendidikan sangat berarti dalam sisi pembentukan karakter generasi pemuda menjadi orang-orang yang bertanggunga jawab dan bermoral. Sejarah Kartini yang menceritakan betapa Ia sangat ingin bersekolah ke Belanda, tetapi karena sistim dan kulture pada zaman itu membuanya tidak mendapat dukungan untuk sekolah. Tetapi keinginannya untuk membuat kemajuan bagi kaum perempuan tidak berhenti di situ. Ia rajin bertukar pikiran dengan temannya yang berasa di belanda melalui surat. Sampai saat ini Kartini masih menjadi sumber inspirasi bagi kaum wanita.

Pramudia Ananta Tour dalam bukunya "Panggil Aku Kartini Saja" mengungkapkan keprihatinannya kepada kaum perempuan. Ketidakberdayaan kaum perempuan kerap kali dijadikan komoditas dari dulu hingga sekarang. Kalau dulu ribuan wanita diperkerjakan paksa menjadi wanita penghibur buruh-buruh kerja Rodi sekarang halnya tidak jauh berbeda. Hanya saja keadaan sekarang sedikit dimodifikasi tetapi hakekatnya sama. Ribuan wanita dengan profesi wanita malam atau pekerja seks komersial sesungguhnya adalah ekploitasi terhadap kaum perempuan.

Begitupun halnya dengan keadaan tenaga kerja wanita Indonesia. Banyak yang mengalami perlakuan tidak manusiawi. Hal ini disebabkan oleh dua hal: pertama kurangnya pendidikan akademis sebagai modal yang dimiliki oleh kaum perempuan, sehingga mereka memilih jalan singkat untuk meneruskan keberlangsungan hidup mereka. Kedua kurangnya pendidikan moral dan agama yang mereka terima dari lingkungan dan keluarga bahwa menjadi PSK adalah merugikan dari segi kesehatan dan ideologi.

Contoh di atas sekali lagi mengisyaratkan bahwa pendidikan sangat urgen bagi wanita untuk diri mereka sendiri, keluarga, serta lingkungan yang akan mereka bentuk.

Wanita dan politik

Konvensi Persatuan Bangsa-Bangsa pada tahun 1979 (Convention on the Elimination of all Forms of Discrimination against Women) menekankan partisipasi aktif dan maksimal kaum perempuan dalam setiap dimensi kehidupan dan persamaan hak antar wanita dan laki-laki.

Dalam hal politik partisipasi wanita dinilai kurang. Di Indonesia jumlah prosentase wanita yang duduk di legislatif berjumlah 11 %. Sedangkan peran politik wanita dalam mengambil kebijakan yang berkenaan dengan kepentingan kaum hawa sangat urgen. Upaya peningkatan partisipasi wanita dalam dunia politik hendaknya diupayakan bukan hanya dari segi kuantitas tetapi kualitas dan efektifitas agar dapat mempengaruhi kebijakan-kebijakan yang akan diambil.

Negara-negara maju seperti Norwegia, Swedia, Finlandia, Denmark, dan Swezerland menempatkan wanita dalam parlemen dengan angka diatas 30% (Data Inter-Parliamentary Union (IPU). Yang menjadi poin penting adalah para wanita harus mengoptimalkan peran mereka di setiap posisi yang mereka geluti termasuk dalam hal politik.

Pendidikan politik adalah penting karena kebanyakan perempuan tidak tahu hak-hak dan kewajiban politik mereka. Pemberdayaan wanita dalam politik masih gencar disuarakan. Riset membuktikan kurangnya partisipasi aktif perempuan dalam politik di Kenya, Indonesia, Pilipina, India baik di parlemen ataupun aktivitas partai antara lain dikarenakan oleh: kurangnya kesadaran politik, minimnya pengetahuan politik, dan kurangnya minat untuk berkecimpung dalam dunia politik.

Kesimpulan yang bisa diambil adalah pemberdayaan potensi yang ada pada wanita sangatlah penting agar kaum wanita dapat berperan dengan optimal. Dengan catatan mereka tidak boleh melupakan tanggung jawab dan status kodrati sebagai perempuan. Hal ini diupayakan untuk memaksimalkan peran lelaki dan perempuan tanpa perbedaan. Hal lain agar kaum perempuan tidak menjadi korban dalam kebijakan politik ekonomi. Peran aktif perempuan memang diperlukan dalam segi politik, ekonomi, sosial dalam kehidupan bermasyarakat dan bernegara. Hal ini harus dimodali dengan pendidikan yang baik. Pendidikan bagi dan oleh Wanita adalah mutlak dipentingkan bukan hanya pendidikan formil, tetapi juga pendidikan bersosial dan bermasyarakat. Ahlak dan moral generasi muda sangat bergantung kepada ahlak dan moral perempuan yang berperan sentral dalam mendidik keluarga. Ada satu yang menjadi kekurangan kaum perempuan, "mereka tidak tahu bahwa mereka begitu berharga".


Opini Pribadi terkait Isu diatas :

Sumber : http://compactbyte.info/2008/02/07/sumsum-tulang-jadi-sperma/

Terlepas dari kontroversi masalah etika dan agama, saya tidak bisa membayangkan manusia hidup secara homogen (semua pria atau semua wanita). Ternyata usaha manusia untuk menciptakan manusia lainnya tak ada habisnya. Mereka mencoba clonning lalu sekarang mencoba untuk membuahi sel telur wanita dari sperma yang diciptakan dari sumsum tulang wanita juga, artinya manusia akan menjadi mahkluk yang membuahi diri sendiri. Dan karena wanita hanya punya kromosom jenis X maka anak yang dihasilkan juga sudah pasti wanita. Lalu suatu saat dunia manusia isinya hanya wanita saja.

Apa jadinya dunia tanpa pria? apakah wanita memang bisa hidup tanpa pria? lalu ke mana konsep cinta? manusia akan semakin mencintai dirinya sendiri saja? Aduuuh…Kalau di bahas tidak akan ada habis-habisnya, walaupun sepertinya penemuan para ilmuwan itu sesuatu yang “wah”, tapi saya berharap itu tidak terjadi di jaman saya masih hidup. Tidak berani membayangkannya. Sebagai wanita saya tidak bisa hidup tanpa pria, saya mencintai suami saya.


Sumsum Tulang jadi Sperma?


Sumber : http://compactbyte.info/2008/02/07/sumsum-tulang-jadi-sperma/

Berdasarkan berita di bagian Science and Technology DailyMail edisi 31 Januari kemarin di kabarkan bahwa saat ini para ilmuwan Inggris sudah siap untuk mengubah sumsum tulang dari wanita menjadi sperma, sehingga nantinya pria tidak dibutuhkan lagi dalam proses menciptakan keturunan.

Adapun berita aslinya sebagai berikut :

Death of the father : British scientists discover how to turn women's bone marrow into sperm

Sumber : http://www.dailymail.co.uk/sciencetech/article-511391/Death-father-British-scientists-discover-turn-womens-bone-marrow-sperm.html


By FIONA MACRAE

Last updated at 09:28 31 January 2008

Bye bye baby: The new science means the biological role of the father is under threat

British scientists are ready to turn female bone marrow into sperm, cutting men out of the process of creating life.

The breakthrough paves the way for lesbian couples to have children that are biologically their own.

Gay men could follow suit by using the technique to make eggs from male bone marrow.

Researchers at upon Tyne University say their technique will help lead to new treatments for infertility.

But critics warn that it sidelines men and raises the prospect of babies being born through entirely artificial means.

The research centres around stem cells - the body's 'mother' cells which can turn into any other type of cell.

According to New Scientist magazine, the scientists want to take stem cells from a woman donor's bone marrow and transform them into sperm through the use of special chemicals and vitamins.

Newcastle professor Karim Nayernia has applied for permission to carry out the work and is ready to start the experiments within two months.

The biologist, who pioneered the technique with mice, believes early- stage 'female sperm' could be produced inside two years. Mature sperm capable of fertilising eggs might take three more years.

Early-stage sperm have already been produced from male bone marrow.

Taking stem cells from an adult donor - possibly a cancer patient - removes the ethical problems associated with using embryos.

網誌封存